Cerbung 'Love in Summer ' |Orchiramel9

 

Part 1






Adalah musim panas, sebuah musim yang sangat Aku suka. Bukanya tak menyukai musim lainnya, hanya saja jika harus memilih antara musim hujan atau musim panas maka pilihanku ya musim panas. Berharap saja tidak kemarau, Aku berjalan di jalan perumahan kota, sendirian. Bersama musik yang mengiringi setiap langkah, semuanya disini terasa masih asing. Tentu begitu, Aku baru sampai kemarin dikota ini. 
Ini Aku, sedang bercermin di kaca besar sebuah cafe. Memakai kemeja putih dan celana hitam, rambutku panjang menjuntai sebahu. Isi tasku hanya sebuah amplop coklat dan dompet kecil berwarna biru. Ku berikan sebuah senyuman kepada seorang pemuda yang memakai kaos berwarna hitam di dalam sana, mirisnya pemuda itu tak merespon sapaan hangat yang tidak berbayar ini, bukannya dia balas dengan senyuman dia malah memberikan sebuah tidak ketertarikan. 

Apakah manusia penghuni kota ini kurang sopan santun? Tanyaku pada diri sendiri. Bodo amat, tak usah pedulikan si pemuda itu, Aku kembali berjalan. Sebuah earphone putih menempel dikedua telingaku, mengeluarkan musik favoritku, ringan rasanya. Itu dia tukang ojeknya yang akan mengantarkanku ke sebuah perubahan dihidupku. Menuju ke sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang elektronik, mengantarkanku dengan selamat, jujur saja selama diperjalanan Aku merasa terbang, saking mulusnya tukang ojek mengendarai motor. Jujur saja, hatiku sangat berdebar karena sebentar lagi Aku memiliki pekerjaan. 


Sore hari yang aesthetic, langit diatas begitu jingga. Aku duduk di salah satu meja Cafe dekat rumah kos. Hanya memesan kopi yang paling murah harganya, kejadian pagi tadi masih melayang-layang di ingatan. Menempel terus bagai permen karet, tapi ini tidak manis. Harus kuakui tidak ada yang selalu indah hasilnya di percobaan pertama. Aku gagal dibagian wawancara, Aku masih berfikir tenang karena bukan hanya aku saja yang mengalami kegagalan di hari ini. Lihat pemuda di sana, masih memakai kaos hitam dengan celana pendek, semuanya sama persis seperti saat kejadian pagi tadi.Kecuali topi yang menutupi rambutnya. Mungkinkah pemuda itu belum mandi?  
Pemuda itu duduk dibangku samping kananku, memesan kopi yang sama dengan punyaku. Aku melirik pemuda disebelahku, berantakan tapi tidak tercium bau badan, dia justru wangi. Pemuda itu melepaskan topi hitam yang sejak tadi menutupi kepalanya, jika begini Aku sadar bahwa dia tampan dan menawan. 

Gawat, pemuda itu masih menatapku. 
"Maaf, kenapa kamu melihatku terus?" 

"Boleh kupinjam salah satu earphone yang menempel ditelingamu?" Pertanyaannya diluar dugaan, Aku mengangguk setuju. Tangannya kemudian meraih salah satu earphone yang menempel ditelingaku untuk ditempelkan ke telinganya. Kami berdua mendengarkan sebuah lagu karya Zack Tabudlo-Give me your forever.  Aku mengikutinya menyeruput kopi yang tersedia di mejaku. Rasanya canggung, ingin pergi tapi dia sedang mendengarkan lagunya, Aku tak mau merusak suasananya.

"Kenapa sekarang tidak?" Dia mengagetkanku dengan pertanyaan yang masih ambigu.
"Apanya?" 
"Sebuah senyuman, untukku!" Kalimat yang terucap dari mulutnya begitu menggetarkan, rasanya aneh. 
"Saat ini Aku tidak ingin tersenyum dikala sedihku. Mungkin besok akan kuberikan, itupun kalau memang tuhan mengizinkan kita bertemu lagi. " 
Pemuda itu tersenyum, matanya menyipit. Senyumnya merekah, renyah dan manis. Tanpa sadar aku ingin mengikutinya untuk tersenyum. 
"Jangan menganggapnya sebuah kesedihan, dibawa santai saja. Sama sepertiku." 
"Terlihat jelas kah?" Ucapku sambil menunjuk diriku sendiri. 
"Hmm.. Mukamu penuh dengan debu polusi." Ucapnya mengejek keadaanku. Benar-benar tidak sopan,padahal usianya terlihat lebih tua dariku. 
"Kamu juga, tidak rapih. " Ucapku balas mengejeknya. Rupa-rupanya pemuda itu menyukai ejekan dariku, dia justru tertawa lepas. 
"Aku tidak menganggap itu sebuah ejekan, Aku hanya ingin menertawakan kesedihanku hari ini. " 
"Kok gitu?" 
"Hanya,tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan. Seperti dugaanmu hari ini akupun mengalami kegagalan. " 
"Kapan aku menduga begitu?" 
"Hanya menebak, tidak perlu marah. " 

Mataku terpejam, menikmati musik yang mengalir dari telinga ke seluruh tubuh melalui urat nadi. Memikirkan apa yang barusan diucapkan pemuda disebelahku ini. Pemuda itu berbisik pelan, "Hey, kamu rupanya sedang beruntung!"
Aku menoleh, mengernyitkan alis karena tak paham apa maksud dari ucapannya barusan. Pemuda itu menunjuk ke arah kiri, tepat di papan cafe, menunjuk seseorang yang sedang menempelkan sebuah poster. Awalnya aku tidak mengerti, lalu aku kembali mengajukan pertanyaan. "Kenapa dengan baristanya, kamu mau ku kenalkan dengannya?" tanyaku spontan. 
Pemuda itu terus menujuk ke arah papan Cafe, saat aku kembali lihat terbaca sedikit sebuah tulisan, "Lowongan pekerjaan." Aku paham maksud dari si pemuda disebelahku ini yang berkata aku sedang beruntung. Buru-buru aku meraih poster yang sudah di pajang, poster itu terlepas dari papan. 
Barista disana nampak kaget dengan yang barusan kulakuan. Tapi aku menunjukan senyuman ketertarikan yang mampu membuat barista itu ikut tersenyum.
"Saya mau melamar kerja, "Ucapku. 
"Ok, kamu diterima. "Jawaban dari si barista sangat ramah dan humble. Kadang terpikirkan bisa semudah inikah? Aku kemudian melirik ke arah si pemuda tadi, namun sayang kursi disana telah kosong bahkan bayangan si pemuda pun tak kelihatan. Sempat menyesal karena belum bertanya siapakah namanya. 

Hari ini seperti permen magic pops yang meledak, meletus-letus di mulut. 






Komentar

Postingan Populer